Khamis, 11 Februari 2010

isLam itU mUdAh dAn mEmUdAhkAN,,,


Dalam sebuah hadits Qudsi Allah Swt. berfirman "Sesungguhnya Allah suka kalau keringanan-keringanan-Nya dimanfaatkan, sebagaimana Dia benci kalau kemaksiatan terhadap perintah-perintahNya dilakukan" (HR. Ahmad, dari Ibn ‘Umar ra.).

“Allah menghendaki kemudahan bagi kamu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS. 2:185).

Islam agama yang sesuai dengan fitrah manusia, kerana, seluruh ajaran Islam dapat dilaksanakan oleh manusia, sebagaimana diamalkan dengan baik oleh Rasulullah Saw, para sahahat, tabi’in, salafus saleh, dan orang-orang saleh hingga kini.

Islam hadir bukan untuk membuat manusia susah, jutesru mempermudah hidup dan kehidupannya.

“Sesungguhnya Allah Swt. tidak mengutusku untuk mempersulit atau memperberat, melainkan sebagai seorang pengajar yang memudahkan” (HR. Muslim).


Sebagaimana "petunjuk jalan", Islam memudahkan manusia untuk menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika manusia merasa susah dalam hidupnya, dapat dipastikan, kerana ia tidak mematuhi petunjuk Islam. Yang menjadikan Islam terasa berat dan susah adalah diri kita sendiri, lebih tegasnya hawa nafsu kita.

Dalam sejumlah firman-Nya, Allah Swt menegaskan, Islam tidak dimaksudkan untuk menyusahkan atau memberatkan manusia.

"Dan sesungguhnya Kami memudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang memikirkan?” (QS. 54:17).

"Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepada kamu supaya kamu menjadi susah" (QS. 20:2).

“Allah menghendaki kemudahan bagi kamu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS. 2:185)

Ayat-ayat di atas dengan jelas mengatakan, kesusahan, kepayahan, kesukaran, dan kesengsaraan bukanlah konsep yang dianjurkan Islam (Al-Quran). Islam adalah untuk kemudahan dan kebahagiaan manusia.

“Dan siapa yang berbuat kebaikan, lelaki atau perempuan dan dia mukmin, sungguh Kami akan menghidupkan dia dengan kehidupan yang baik” (QS. 16:97)

Dalam prinsip Islam, semua perintah, tanggungjawab, dan beban adalah dibuat dan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan manusia. Allah Swt tidak akan membebani hamba-Nya melainkan disesuaikan dengan kemampuan manusia.

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..” (QS. Al-Baqarah:286).

Imam Ibn Qayyim menyatakan, “Hakikat ajaran Islam semuanya mengandung rahmah dan hikmah. Kalau ada yang keluar dari makna rahmah menjadi kekerasan atau keluar dari makna hikmah menjadi kesia-siaan, bererti itu bukan termasuk ajaran Islam. Kalaupun dimasukkan oleh sebahagian orang, maka itu adalah kesalahan.”

Dalam sebuah perjalanan jauh, Rasulullah Saw pernah melihat seorang sahabat tampak lesu, lemah, dan terlihat berat. Beliau langsung bertanya apa sebabnya. Para sahabat yang lain menjawab bahawa orang itu sedang berpuasa. Maka Rasulullah Saw langsung menegaskan:
“Bukanlah termasuk kebajikan untuk berpuasa di dalam perjalanan (yang jauh)” (HR. Ibn Hibbân, dari Jâbir bin ‘AbdilLâh ra.)

Islam tidak mendukung praktik beragama yang menyulitkan. Disebutkan dalam sebuah riwayat, ketika Rasulullah sedang menjalankan ibadah haji, Rasulullah Saw memperhatikan ada sahabat yang terlihat sangat letih, lemah, dan menderita. Maka beliau pun bertanya apa sebabnya.

Ternyata, menurut cerita para sahabat yang lain, orang tersebut bernadzar akan naik haji dengan berjalan kaki dari Madinah ke Mekkah. Maka Rasulullah Saw memberitahukan:

“Sesunguhnya Allah tidak memerlukan tindakan penyeksaan diri sendiri, seperti yang dilakukan oleh orang itu” (HR. Bukhâri dan Muslim, dari Anas ra.).

Demikianlah, Islam sebagai agama yang rahmatan lil’ ‘alamin secara kuat mencerminkan aspek hikmah dan kemudahan dalam ajaran-ajarannya. Kita sebagai kaum muslimin, telah dipilih oleh Allah Swt untuk menikmati kemudahan-kemudahan tersebut.

Diceritakan oleh ‘Aisyah ra. bahwa Rasulullah Saw dalam kesehariaannya, ketika harus menentukan antara dua hal, beliau selalu memilih salah satunya yang lebih mudah, selama tidak termasuk dalam dosa (HR. Bukhâri dan Muslim).

Tiada ulasan:

Catat Ulasan